Minggu, 02 Februari 2014

mak nyuuus

Tutut Masuk Cafe dan Restoran

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kota Bandung? Selain terkenal dengan alamnya yang sejuk, jejeran factory outlet yang dapat memanjakan mata para wisatawan, ada satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kota ini, yaitu kulinernya.  Jalan–jalan ke Bandung tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi olahan dapur dari Kota Kembang ini. Beragam sajian kuliner tersedia, salah satunya ‘Kedai Getek’. Berdiri sejak 2009 silam, kedai yang terletak di Jalan Cilaki No. 43 ini tak hanya menyita perhatian masyarakat Bandung saja, tetapi juga para wisatawan dari luar kota Bandung.
Nama “Getek” sendiri diakui Adrian (34), pemilik sekaligus pendiri kedai ini, dipilih karena getek dalam bahasa sunda berarti geli. Hal ini disebabkan karena dulu para pelayan Kedai Getek latah sehingga membuat para pelanggan tertawa. Dengan mengusung tema humor, Adrian pun konsisten menjalani bisnis kuliner ini dengan menu andalan mereka, tutut.
“Dulu awalnya gak ke tutut. Cuma karena ide dari istri yang suka makan tutut, terus susah dapat tutut dan kalau dapat biasanya bau, akhirnya Alhamdulillah saya nemu ritmenya gimana cara ngolah tutut. Sekarang malah orang taunya Kedai Getek ya speasialisnya tutut,” ungkap Adrian.
Tutut adalah sejenis keong sawah atau dalam bahasa latinnya Pila ampullaceal. Makhluk bercangkang ini biasanya menjadi hama bagi para petani. Namun, siapa yang menyangka hewan mungil ini ternyata mengandung protein tinggi dan rendah lemak. Bahkan, meskipun tergolong ke dalam makanan ekstrem, rasanya pun tak kalah lezat bila disandingkan dengan ayam maupun daging sapi.
IMG_5577
Mini bar Kedai Getek untuk menyajikan berbagai minuman khas Kedai Getek yang siap memanjakan lidah konsumen.
Diakui Adrian, dalam mengolah tutut menjadi hidangan yang lezat bukan perkara mudah. Beberapa kali ia mencoba cara pengolahan yang berbeda tetapi kurang begitu berhasil sampai akhirnya ia menemukan cara yang tepat untuk mengolah hidangan ini.
“Daging tututnya lembut dengan bumbunya yang pas, gak ada bau dari tututnya lagi. Pantas lah kalau Kedai Getek disebut pelopor olahan tutut pertama,” ujar Andin, salah satu konsumen Kedai Getek.
Meskipun telah mendapatkan perhatian dari masyarakat, tak lantas membuat Kedai Getek berhenti berinovasi. Kedai Getek pun masih terus mencoba mencari variasi menu baru untuk memanjakan lidah para konsumennya.
“Saya itu gak bisa masak. Saya cuma ngekhayal aja kalau tutut diginiin enak gak ya? terus banyak masukan dari tamu juga, banyak saran dan kritik. Kreativitas menu makanan itu muncul dari mana-mana, dari pembeli, dari istri, dari teman,” ujar Adrian.
IMG_5570
Tatanan interior yang nyaman membuat betah para pengunjung untuk berlama-lama bersantai di Kedai Getek.
Dengan suasana rumahan dan juga dekorasi yang apik, kedai ini berdiri dengan menarik. Jangan heran ketika Anda melihat menu di kedai ini. Selain menyajikan tutut sebagai menu andalannya, Kedai Getek juga menyajikan menu khas lainnya, seperti Ayam Pletok, Belut Cordon Bleu, dan juga Peda Seblok.
Tutut yang disajikan pun diolah menjadi beragam sajian, seperti Sosis Tutut, Steak Tutut, dan Seblak Tutut. Namun, untuk top seller mereka sejauh ini masih dipegang olahan Tutut Original, yakni Tutut Cape Hate dan Tutut Ibu Tiri. Nama menu yang disajikan pun tak lepas dari tema humor yang diusung kedai yang ramai saat weekend ini.
Menu favorit para pengunjung Kedai Getek, Tutut Cape Hate dan Tutut Ibu Tiri. Ditemani segarnya minuman Bandrek Jeruk dan Spicy Blood.
Untuk minumannya sendiri, kedai ini memiliki beberapa menu minuman andalan, di antaranya Bandrek Jeruk dengan sensai hangat rempah serta segarnya jeruk dan juga Spicy Blood yang merupakan perpaduan tomat, jeruk limau, dan juga tabasco. Penasaran bagaimana sensasi kuliner di Kedai Getek? Tak perlu khawatir harus merogoh kocek dalam-dalam karena harga yang ditawarkan cukup terjangkau mulai dari 2000 rupiah hingga 30.000 rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar